Masuk Koran Radar Semarang

Hoa mumpung belum usang dan hilang termakan jaman. Kami salin aja berita dari Radar Semarang pada 30 Juni 2016 ini, supaya terlestarikan.

Pameran di Lawang Sewu, Gambar Jatuh Sendiri
Mengenal Sosok di Balik Komik Trio Hantu CS

ENSIKLOPEDIA HANTU TERBARU: Yudis (berkacamata) dan Cak Waw menunjukkan buku #Hantupedia yang baru saja diterbitkan. (PRATONO/JAWA POS RADAR SEMARANG)


Hantu bagi sebagian besar masyarakat merupakan sosok yang menakutkan. Tapi di tangan komikus, meski seram, ada sisi komedi dari para hantu tersebut. Seperti apa?

PRATONO, Semarang

SEBUAH ruangan berukuran sekitar 4 x 4 meter yang sederhana. Isinya 2 meja dengan masing-masing seperangkat komputer di atasnya, sebuah container plastik susun tiga dan 2 kursi lipat yang salah satu sandarannya sudah jebol. Dari kamar di sebuah rumah di Jalan Ngesrep Barat 5 Kota Semarang ini, Trio Hantu CS bermarkas. (UPDATE : SEKARANG SUDAH PINDAH)
 
Trio Hantu merupakan karakter komik yang lagi hits lewat webseries film animasi di media sosial. Kisah 3 orang, Udis, Cawa dan Kibro, yang selalu diburu berbagai macam hantu. Ketiga karakter ini dibuat berdasarkan gambaran sosok trio pembuatnya. Mereka adalah Yudi Sutanto, Wiryadi Dharmawan dan Misbakul Bahtiar. Mereka berasal dari Surabaya, Jawa Timur.

Yudis, panggilan akrab Yudi Sutanto, menceritakan, awal mula munculnya Trio Hantu. Pada 2009, ia mendapatkan proyek membuat komik dari Cendana Art Media, sebuah penerbit khusus komik Indonesia. ”Saat itu ada tawaran untuk membuat komik seri 101 yang bercerita tentang hantu,” jelas pria 32 tahun yang berkacamata ini. Ia lantas menghubungi Broky (sapaan akrab Misbakul Bahtiar), dan Cak Waw (Wiryadi Dharmawan) untuk bergabung menggarap proyek ini. Kebetulan, sebelum ini mereka sudah saling kenal dan pernah terlibat dalam penerbitan kompilasi komik berjudul ”Gilanya Bola”.

Ketiganya sepakat untuk membuat karakter Trio Hantu. Cak Waw bercerita, proses pembuatan komik ini penuh dengan suasana ”mistis”. Antara sadar dan tidak sadar, setiap kali kumpul bertiga untuk rapat, selalu terjadi pada Kamis malam Jumat. ”Malam Jumat, saatnya hantu-hantu gentayangan,” tuturmya.

Sebenarnya mereka sering merencanakan bertemu pada hari lain. Tapi selalu saja gagal karena ada salah satu personel yang tidak bisa hadir akibat kesibukan lain. ”Ketika sudah kumpul sambil ngopi-ngopi, baru sadar kalau hari Kamis malam Jumat,” ujar peraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia 2013 untuk kategori Film Animasi Pendek Terbaik ini sambil tersenyum.

Tak hanya itu suasana mistis yang dirasakan Trio Hantu. Yudis menceritakan, komik yang akan mereka buat bertema hantu-hantu dari penjuru tanah air. Maka mereka harus melakukan riset dan mengumpulkan data, hantu-hantu dari tiap daerah. Riset dilakukan dengan browsing di internet atau bertanya pada teman-teman di daerah.

Yudis saat itu masih bekerja di sebuah perusahaan advertising. Sehingga ia baru bisa menggarap proyek komik hantu ini pada malam hari, sepulang dari kantor. Biasanya di atas pukul 21.00. Dan saat bekerja itu, kadang muncul ”gangguan” yang muncul entah dari mana. ”Seperti terdengar ada yang mengetuk pintu, tapi saat dilihat ternyata tidak ada siapa-siapa,” jelas Yudis.

”Saya bahkan pernah, waktu sedang menggambar, tiba-tiba pintu kamar buka dan menutup sendiri. Padahal saat itu tidak ada angin,” tambah Cak Waw. Kejadian lainnya, bungkus rokok atau botol air mineral di dalam kamar tiba-tiba bergerak sendiri.

Akhirnya buku komik dengan judul ”101 Hantu Nusantara” selesai dan diterbitkan pada 2010. Edisi pertama langsung dicetak 5.000 eksemplar. Ternyata komik ini laris di pasaran. Bahkan saat ini, ”101 Hantu Nusantara” sudah dicetak hingga 4 kali.

Sukses dengan komik ”101 Hantu Nusantara”, Trio Hantu kembali mendapatkan proyek untuk menerbitkan buku ”101 Hantu Dunia”. Komik ini terbit pada 2013. Meski tak sesukses buku pertama, tapi karakter Trio Hantu semakin dikenal oleh penggemar komik tanah air.

Yang terbaru, Trio Hantu baru saja mengeluarkan buku ketiga berjudul “#Hantupedia: Ensiklopidia Hantu-Hantu Nusantara”. Buku ini berisi legenda hantu-hantu dari berbagai daerah di Indonesia. ”Setelah Lebaran nanti, kami akan kembali menerbitkan seri 101, judulnya 101 Hantu Film,” jelas Cak Waw.

Ibarat pepatah pohon yang semakin tinggi maka angin yang bertiup juga semakin kencang. Trio Hantu mulai menemui sandungan. Broky yang merasa sudah tak mampu sejalan dengan Yudis dan Cak Waw, memilih mengundurkan diri. Meski kini Trio Hantu cuma digarap berdua, tapi karakter 3 tokoh konyol tersebut tetap dipertahankan.

Yudis juga memiliki pengalaman aneh ketika mengikuti Festival Komik dan Animasi 2015 yang berlangsung di gedung Lawang Sewu Semarang, November 2015 lalu. Trio Hantu menjadi salah satu peserta yang membuka stan dalam pameran. Stan ini diisi dengan beberapa gambar hantu nusantara.

Anehnya, setiap malam, gambar-gambar hantu ini jatuh sendiri. Hal serupa tak ditemui pada stan peserta lain di tempat yang sama. ”Padahal bahan pembuat dan perekatnya sama, tapi cuma gambar-gambar dari Trio Hantu yang setiap malam jatuh. Jadi tiap pagi sebelum buka saya harus memasang lagi gambar-gambar itu,” jelas Yudis.

Cak Waw mengakui, pada dasarnya ia adalah seorang penakut. Dulu, ia tak berani nonton film horor malam-malam. Tapi ketika sudah mulai menggarap Trio Hantu, mau tak mau ia harus sering melakukan riset mencari data hantu-hantu pada malam hari. Lama-kelamaan karena sering melakukan riset hantu, ia tak takut lagi nonton film horor. ”Kecuali film Pengabdi Setan, sampai sekarang tetap tidak berani nonton sendiri malam-malam,” kata pria yang lahir 40 tahun silam. Pengabdi Setan adalah judul film horor buatan 1980 yang dibintangi WD Mochtar dan HIM Damsyik.

Agar karakter Trio Hantu semakin dikenal luas, Yudis dan Cak Waw intensif mengenalkan lewat media sosial. Akun Facebook, Twitter dan Instagram dengan nama @triohantucs dibuat untuk berinteraksi dengan penggemar. Tingkah polah Trio Hantu juga diunggah di media sosial. Selain itu, sejak 2016, Trio Hantu hijrah ke Semarang.

Tak hanya itu, Trio Hantu juga dibuat versi film animasi. Lewat webseries yang tayang rutin di Youtube, mereka menyapa penonton lewat akun Trio Hantu. Hingga saat ini sudah ada 2 sesi webseries di Youtube yang masing-masing berisi 10 film animasi pendek.

Kini, Trio Hantu juga gentayangan di dunia internasional. Mereka terpilih menjadi peserta Kwebfest 2016 yang akan berlangsung di Seoul Korea Selatan Agustus 2016 mendatang. Kwebfest merupakan festival webseries pertama yang berlangsung di Asia. Trio Hantu merupakan satu-satunya peserta dari Indonesia.

Cak Waw memiliki harapan, Trio Hantu bisa menjadi salah satu karakter yang melegenda dari Indonesia. Mirip Mickey Mouse yang terus dikenal masyarakat sejak pertama kali dibuat Walt Disney pada 1928. Ia juga ingin, pada 2019, Trio Hantu sudah gentayangan di layar bioskop dalam bentuk film animasi panjang. (*/aro/ce1)

copas : https://radarsemarang.com/2016/06/30/pameran-di-lawang-sewu-gambar-jatuh-sendiri/

Komentar